Bukit Moko, Healing di Antara Kebun Kopi dan Hutan Pinus
Bukit Moko, Healing di Antara Kebun Kopi dan Hutan Pinus
Dokumen Pribadi |
Ujwarfirdaus.com – Saat mematikan motor di tempat parkir Bukit Moko, hal pertama yang saya rasakan adalah ... dingin. Sementara, mata saya dimanjakan hamparan luas perkebunan dan juga tulisan ‘Dermaga Bintang’ di seberang sana. Dermaga itu berupa bangunan yang didesain tinggi, sehingga para pengunjung bisa naik ke dermaga, kemudian melihat Bandung dari ketinggian.
Ini adalah kali pertama saya datang ke wilayah Bukit Moko. Sebuah wisata alam yang terletak Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Bukit yang bisa dituju dengan melewati tempat wisata Caringin Tilu (Cartil), yang juga sangat terkenal di Bandung. Alih-alih berkunjung ke Caringin Tilu, saya dan teman malah tertarik ke perbukitan ini. Mungkin lain waktu, saya bisa mampir dan duduk-duduk di sekitaran Caringin Tilu juga.
HARGA TIKET MASUK BUKIT MOKO
Ketika masuk ke wilayah Bukit Moko, kami berdua disambut hangat oleh penjaga. Laki-laki yang murah senyum itu mengatakan bahwa untuk masuk ke Bukit Moko, kami perlu membayar 20.000 per orang. Sementara, parkir dipatok 3 ribu rupiah untuk kendaraan bermotor. Setelah membayar tiket, kami langsung diarahkan bahwa ada dua jalur untuk menikmati Bukit Moko. Pertama, jalur sebelah kiri yang akan mengarah ke perkebunan pinus yang juga disebut Bukit Bintang. Serta arah sebelah kanan untuk menuju Dermaga Bintang. Akhirnya, saya dan teman memutuskan untuk melangkah dulu ke arah kiri.
KEINDAHAN BUKIT MOKO BANDUNG
Saat berjalan ke arah kiri, saya disambut sekitar 20 anak tangga yang tidak terlalu tinggi, Bapak-bapak yang sedang panen kopi, serta petani yang sedang mengurus kebunnya di area bawah. Melihat itu semua, saya jadi ingat kepada Bapak saya sendiri yang juga petani. Karena ingat Bapak, bahkan saya menyapa Bapak tua yang sedang panen kopi tersebut. Ya, untuk sekadar menyalurkan kerinduan terhadap Bapak dan orang-orang rumah di Garut.
Setelah anak tangga habis, saya mulai bisa melihat kebun pinus yang rapat. Di sini pula, ada tempat duduk, saung-saung yang bisa disinggahi, beberapa orang yang sedang duduk-duduk mengobrol di bawah pinus, hingga puncak bintang dengan ikon bintang besarnya.
Dokumen Pribadi |
Saya sendiri langsung mengeluarkan air minum dan meneguknya sejenak. Teman saya mengeluarkan camilan yang sempat dibeli dari luar, hingga kami ngobrol cukup lama. Di situasi ini, teman saya sempat kesal kepada saya yang katanya asyik sendiri mengambil foto. Bukan asyik sendiri sebenarnya, hanya saja, saya memang sengaja mengambil video dan foto menggunakan tripod yang saya bawa. Tujuannya tak lain untuk dokumentasi.
Setelah bersenang-senang di sini, saya dan teman memutuskan berkeliling di hutan pinus sejenak, disusul untuk pergi ke arah kanan. Menuju Dermaga Bintang.
Sebenarnya Dermaga Bintang ini tidak beda jauh dengan lokasi sebelumnya. Masih di sekitaran hutan pinus. Bedanya, di sekitaran Dermaga ini ada area camp yang langsung menghadap ke kota Bandung. Jika dikunjungi malam hari, kita bisa melihat keindahan citylight dari sini. Sayang, saya tidak bisa menikmati keindahan itu karena datang pukul 12 siang.
Dokumen Pribadi |
Tentu, di Dermaga Bintang, saya dan teman mengambil foto bersama. Juga naik ke Dermaga untuk melihat Bandung dari atas. Dari Dermaga, saya bisa melihat ibu-bapak yang sedang makan siang di kebun. Lagi-lagi, saya jadi ingat kedua orangtua saya di rumah. Sebagai anak petani, aktivitas manis itu cukup menyentil perasaanku.
FASILITAS LENGKAH DI BUKIT MOKO BANDUNG
Setelah selesai dari Dermaga Bintang, kami memutuskan untuk kembali ke titik awal Bukit Moko. Nah di area awal inilah, saya baru sadar bahwa fasilitas di Bukit Moko terbilang lengkap. Toilet di area depan ini berjejer. Airnya melimpah dan bersih. Hal ini bisa jadi nilai plus untuk para pengunjung.
Selain toilet, ada mushola juga yang cukup luas di Bukit Moko. Ini tak kalah penting. Menurut saya, kehadiran tempat ibadah bisa membuat pengunjung tenang. Dengan begitu, para wisata juga tidak perlu khawatir jika ingin berlama-lama menikmati alam.
Di titik awal ini pula, banyak papan informasi yang memuat berbagai info wisata Bandung yang lainnya. Dari papan informasi ini pula saya tahu ada curug bernama Curug Cimahi, hingga saya bisa datang ke curug itu di kesempatan yang berbeda.
BUKIT MOKO, WORTH IT UNTUK HEALING?
Dokumen Pribadi |
Setelah puas menikmati wilayah Bukit Moko, kami berdua memutuskan untuk pulang. Jujur, saya cukup senang ada di Bukit Moko. Terlebih karena suasananya sangat adem. Saya bisa duduk di bawah pohon yang sejuk, serta sedikit mengesampingkan masalah-masalah ruwet yang selama ini ada di pikiran. Menghabiskan waktu di sini membuat saya bisa mengisi energi yang sudah low beberapa hari terakhir. So, menurut saya Bukit Moko worth it banget buat healing. Siapa pun bisa datang ke sini dan menikmati keindahannya.
Kepulangan kami ditandai dengan motor yang menurun tajam, sebab Bukit Moko ini memang ada di ketinggian 1500 mdpl.
Kamu ada rencana datang ke Bandung? Mungkin Bukit Moko Bandung bisa jadi salah satu list-mu saat berlibur.
Bandung, 23 Mei 2023
Posting Komentar untuk "Bukit Moko, Healing di Antara Kebun Kopi dan Hutan Pinus"